Senin, 28 Oktober 2013
Tv digital dan analog
TV Digital vs TV Analog TV DIGITAL DAN TV ANALOG 1. Pengertian TV
Digital dan TV Analog •TV Digital Televisi digital (bahasa Inggris:
Digital Television, DTV)atau penyiaran digital adalah jenis televisi
yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan
sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. TV Digital bukan
berarti pesawat televisinya yang digital, namun lebih kepada sinyal yang
dikirimkan adalah sinyal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah
siaran digital (Digital Broadcasting). Televisi resolusi tinggi atau
high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital
internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan
surround-sound 5.1 Dolby Digital. TV digital memiliki resolusi yang jauh
lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur
jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas
daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar
analog PAL yang digunakan di •TV Analog Televisi analog mengkodekan
informasi gambar dengan memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari
sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke
analog. Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog NTSC (national
Television System Committee), PAL, dan SECAM. Kelebihan signal digital
dibanding analog adalah ketahanannya terhadap gangguan (noise) dan
kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi
error (error correction code ). 2. Perbedaan TV Digital dengan TV
Analog. Di Indonesia agar segera diluncurkan karena Pemerintah juga
berpendapat bahwa teknologi televisi digital lebih efisien dalam
penggunaan kanal frekuensi dibandingkan teknologi analog yang selama ini
dipergunakan. Berdasarkan master plan televisi yang tengah disusun,
pemerintah akan mengalokasikan 14 kanal frekuensi. 10 kanal frekuensi
kini telah dialokasikan bagi televisi swasta yang telah beroperasi. Satu
kanal untuk TVRI, satu kanal untuk televisi lokal, dan dua kanal untuk
televisi digital. Walaupun televisi digital harus banyak melakukan
adaptasi terhadap jangkauan yang telah dapat dicapai oleh televisi
analog. Penerapan siaran TV digital sebagai pengganti TV analog pada
pita UHF dilakukan secara bertahap sampai suatu batas waktu cut-off TV
analog UHF yang ditetapkan (2015 di kota besar dan 2020 secara
nasional). Wilayah layanan TV digital penerimaan tetap free-to-air DVB-T
sama dengan wilayah layanan TV analog UHF sesuai Keputusan Menteri
Perhubungan No. 76 Tahun 2003. Alokasi kanal frekuensi untuk layanan TV
digital penerimaan tetap free-to-air DVB-T di Indonesia adalah pada band
IV dan V UHF, yaitu kanal 28 – 45 (total 18 kanal) dengan lebar pita
masing – masing kanal adalah 8 MHz. Namun, setiap wilayah layanan
diberikan jatah hanya 6 kanal, karena 12 kanal lain digunakan di wilayah
– wilayah layanan sekitarnya (pola reuse 3 grup kanal frekuensi). TV
digital, katanya, memang menuntut keterlibatan banyak pihak, di
antaranya perusahaan seluler, sedangkan pemerintah berfungsi untuk
melindungi produk TV digital dan sebagai regulator. Untuk menyusun
strategi migrasi ke teknologi digital, pemerintah diusulkan membentuk
Komisi Nasional Televisi yang beranggotakan departemen dan kalangan
lembaga penyiaran. Pada 2004 diharapkan Komisi ini sudah terbentuk,
sehingga sosialisasi dan uji coba televisi digital dapat dilakukan.
Perbedaan mendasar antara TV Digital dengan TV Analog Perbedaan yang
paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital
terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog,
semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan
penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem
digital, siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada
titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi. Perbedaan TV Digital dan
TV Analog hanyalah perbedaan pada sistim tranmisi pancarannya,
kebanyakan TV di Indonesia, masih menggunakan sistim analog dengan cara
memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier, Sedangkan pada Pada
sistim digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital
(diskret) baru di pancarkan. Orang awam pun dapat membedakan dengan
mudah, jika TV analog signalnya lemah (semisal problem pada antena) maka
gambar yang diterima akan banyak ‘semut’ tetapi jika TV Digital yang
terjadi adalah bukan ‘semut’ melainkan gambar yang lengket seperti kalau
kita menonton VCD yang rusak. Kualitas Digital jadi lebih bagus, karena
dengan Format digital banyak hal dipermudah. Siaran TV Satelit Dulu
memakai Analog. Sekarang sudah banyak yang digital. Tidak semua TV
satelit memakai sistim Digital. Di beberapa satelit Arab banyak yang
memakai mode analog. Sebenarnya untuk menerima siaran digital untuk TV
yang analog tidaklah terlalu mahal. Receiver ini hanya tinggal pasang
antena dan kemudian AV nya colokkan ke TV. Untuk siaran TV satelit
namanya DVB-S (Digital Video Broadcasting – Satelite). Sedangkan untuk
di daratan namanya DVB-T(Digital Video Broadcasting – Terresterial) Jika
anda melihat Indosiar atau Metro TV atau RCTI melalui satelit anda bisa
melihat siaran TV Digital. Tidak Harus plasma, Tidak harus HD, karena
stasiun TV Nasional masih memakai SDTV meskipun mereka memancarkan
secara digital lewat satelit Dengan memakai TV 14 inchi yang paling
murahpun anda bisa menonton TV digital. Sedangkan jika anda membeli TV
LCD, hampir semua bisa menerima signal Digital tanpa alat tambahan
karena sudah dilengkapi dengan receiver digital. 3. Dampak yang timbul
akibat adanya system siaran digital di Indonesia. Saat ini populasi
pesawat televisi tidak kurang dari 40 juta unit, dengan pemirsa lebih
dari 200 juta orang, jauh lebih banyak dibandingkan dengan komputer,
misalnya, yang hanya sekitar 5,9 juta unit. Terlihat bahwa penggemar
televisi begitu banyak di Indonesia . Televisi adalah alat penangkap
siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision
(tampak) jadi televisi memiliki arti dapat melihat dari jarak jauh.
Penemuan televisi ini mampu mengubah peradaban dunia. Semua gambar
televisi dibentuk oleh titik tunggal cahaya yang bergerak bolak-balik,
depan-belakang atau atas-bawah, secara cepat pada layar televisi yang
tak tampak oleh mata, sehingga yang terlihat hanyalah rangkaian gambar.
Pada tahun 1884 Paul Nipkow mencetuskan ide tentang pemindaian gambar
dengan cara memecahkanya ke dalam rangkaian titik cahaya yang bergerak
secara linear menyeberangi sudut pandangan. Sinyal televisi bekerja
seperti radio AM, terkecuali dalam penghubung pembawa frekuensi tinggi.
Pada radio dari suara besar ke lembut sedangkan televisi dari terang ke
gelap. Perangkat televisi disinkronisasikan dengan transmiter untuk
menghasilkan pola yang tepat dari sebuah piksel yang akan ditempatkan
pada layar. Televisi ditransmisikan dengan dua pita frekuensi, VHF (very
high frequency) dan UHF (ultra high frequency), dan setiap saluran
memiliki lebar pita keseluruhan mencapai 6 MHz. Jaringan televisi
pertama menggunakan kabel coaxial dan teknologi gelombang mikro. Pada
tahun 1970-an satelit menjadi standar dalam menghubungkan kabel dan
jaringan penyiaran kepada afiliasi mereka dan untuk mentransmisikan
berita lokal dan pergelaran olahraga ke kantor berita pusat. Saat ini,
jaringan serat optik juga ikut digunakan. Kemunculan televisi digital di
indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena selama ini
masih banyak masyarakat yang menggunakan dan terbiasa dengan televisi
telivisi analog. Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus
diterima dengan peralihan ke TV digital ini adalah: •Perlunya pesawat TV
baru atau paling tidak kita perlu membeli TV Tuner baru yang harganya
bisa dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang
besar, mengingat hampir seluruh komponen pertelevisian di Indonesia
masih menggunakan komponen analog, sehingga kemajuan tekhnologi televisi
digital ini dapat mematikan usaha-usaha kecil yang selama ini telah
ada. Karenanya hal ini mewajibkan Pemerintah untuk mensosialisasikan
lebih rinci kepada masyarakat. •Mahalnya perangkat transmisi dan
operasional broadcast berbasis tehnologi digital merupakan persoalan
tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia. Bagaimanapun
untuk bisa menyiarkan program secara digital, perangkat pemancar memang
harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi
frekuensi secara digital. Untuk mem-back up operasional sehari-hari saja
dengan tingkat persaingan antar sesama radio dan televisi swasta
nasional saja sudah sangat berat, apalagi untuk harus mengalokasikan
sekian persen pemasukan iklan untuk digunakan bagi digitalisasi. Selain
itu, dalam masa transisi, stasiun televisi harus siaran multicast atau
operasional di dua saluran secara paralel: analog dan digital, karena
tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat membeli
televisi digital. •Sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem digital,
karena diperlukan tambahan proses misalnya Fast Fourier Transform (FFT),
Viterbi decoding dan equalization di penerima, maka TV Digital ini akan
sedikit terlambat beberapa detik dibandingkan TV Analog. Ketika TV
analog sudah menampilkan gambar baru, maka TV Digital masih beberapa
detik menampilkan gambar sebelumnya. •Bagaimana soal akses pada jaringan
media serta kondisi sistem akses itu sendiri. Persoalan seperti
pengaturan decoder TV digital maupun content media menjadi layak kaji
dalam hal ini. Dan akses pada spektrum frekuensi •Bagaimanapun pada era
penyiaran digital telah terjadi konvergensi antarteknologi penyiaran
(broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet
(IT). Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut sudah
menyatu dalam satu media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat
untuk memperoleh ataupun menyampaikan informasi menjadi semakin mudah
dan terbuka •Terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era
penyiaran digital, yang memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran
yang lebih banyak, akan membuka peluang lebih luas bagi para pelaku
penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat memberikan peluang lebih
banyak bagi masyarakat luas untuk terlibat dalam industri penyiaran
ini. •Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak
bagi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha
di bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan
multimedia, industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya
menjadi potensi baru untuk menghidupkan ekonomi masyarakat. Televisi di
Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk
mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun analog dalam
penyiarannya memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap
penontonnya. Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas
tontonan yang rendah akan berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun
pada pada anak – anak. Sistem penyiaran TV Digital penggunaan apliksi
teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di
pertengahan tahun 90an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal
pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara
bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba
sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital
yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang
mengoperasikan. Dampak Penyiaran TV Digital Dampak Positif Banyak
manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV
digital antara lain: • Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam, •
Pengurangan terhadap efek noise, • Kemudahan untuk recovery pada
penerima dengan error correction code, serta • mengurangi efek dopler
jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya di mobil, bus,
maupun kereta api). • Selain itu sinyal digital dapat menampung program
siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital
tidak sebesar tv analog. Dampak Negatif Disamping banyak hal yang
bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi ke siaran
TV digital pun juga semakin banyak seperti: • Regulasi bidang penyiaran
yang harus diperbaiki, • Standardisasi yang harus segera ditentukan baik
untuk perangkat dan teknologi yang akan digunakan, • Industri pendukung
yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya. • Jika
kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru,
selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun
sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV
analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara
TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup
karena kanal frekuensinya sudah habis. 4. Bagaimana Pendapat tentang
Prospek masa depan penyiaran televisi dikaitkan dengan adanya
digitalisasi system siaran televisi Dengan adanya kemajuan dalam
teknologi di Indonesia, sudah seharusnya kita merasa bangga. Karena
tidak ada lagi kata ketertinggalan dalam segi teknologi. Namun transisi
dari perpindahan TV Analog ke TV Digital tidak mudah, banyaknya
tanggapan dari masyarakat atau pengguna yang berbeda-beda. Transisi dari
pesawat televisi analog menjadi pesawat televisi digital membutuhkan
penggantian perangkat pemancar televisi dan penerima siaran televisi.
Agar dapat menerima penyiaran digital, diperlukan pesawat TV digital.
Namun, jika ingin tetap menggunakan pesawat televisi analog, penyiaran
digital dapat ditangkap dengan alat tambahan yang disebut kotak
konverter (Set Top Box). Ketika menggunakan pesawat televisi analog,
sinyal penyiaran digital akan dirubah oleh kotak konverter menjadi
sinyal analog. Dengan demikian pengguna pesawat televisi analog tetap
dapat menikmati siaran televisi digital. Pengguna televisi analog tetap
dapat menggunakan siaran analog dan secara perlahan-lahan beralih ke
teknologi siaran digital tanpa terputus layanan siaran yang digunakan
selama ini. Proses transisi yang berjalan secara perlahan dapat
meminimalkan risiko kerugian terutama yang dihadapi oleh operator
televisi dan masyarakat. Resiko tersebut antara lain berupa informasi
mengenai program siaran dan perangkat tambahan yang harus dipasang
tersebut. Sebelum masyarakat mampu mengganti televisi analognya menjadi
televisi digital, masyarakat menerima siaran analog dari pemancar
televisi yang menyiarkan siaran televisi digital. Bagi operator
televisi, risiko kerugian berasal dari biaya membangun infrastruktur
televisi digital terestrial yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan
dengan membangun infrastruktur televisi analog. Operator televisi dapat
memanfaatkan infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini
seperti studio, bangunan, sumber daya manusia, dan lain sebagainya
apabila operator televisi dapat menerapkan pola kerja dengan calon
penyelenggara TV digital. Penerapan pola kerja dengan calon
penyelenggara digital pada akhirnya menyebabkan operator televisi tidak
dihadapkan pada risiko yang berlebihan. Di kemudian hari, penyelenggara
penyiaran televisi digital dapat dibedakan ke dalam dua posisi yaitu
menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi. Kelebihan TV Digital
Televisi digital sudah bukan barang baru untuk saat ini. Walaupun begitu
televisi digital bukan berarti pesawat TV-nya yang Digital, melainkan
lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah signal digital atau mungkin
yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Kelebihan
signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan
kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi
error (error correction code). Keuntungan transmisi digital lainnya
adalah less bandwidth (atau high efficiency bandwidth) karena
interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel
bisa dikemas atau “dipadatkan” dan dihemat. Hal ini menjadi sangat
mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM
(Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam
mengatasi efek lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan
lainnya adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang
rendah (less power). Itulah beberapa hal yang sangat mengutungkan dalam
TV digital. Keuntungan tersebut menghasilkan kualitas gambar dan warna
yang sangat jauh lebih bagus daripada TV analog.
(httpwww.beritaiptek.comzberita-beritaiptek-2006-01-11-Menyongsong-Era-TV-Digital.shtml.htm).
Kualitas penyiaran TV Digital TV Digital memiliki hasil siaran dengan
kualitas gambar dan warna yang jauh lebih baik dari yang dihasilkan
televisi analog. Sistem televisi digital menghasilkan pengiriman gambar
yang jernih dan stabil meski alat penerima siaran berada dalam kondisi
bergerak dengan kecepatan tinggi. TV Digital memiliki kualitas siaran
berakurasi dan resolusi tinggi. Teknologi digital memerlukan kanal
siaran dengan laju sangat tinggi mencapai Mbps untuk pengiriman
informasi berkualitas tinggi. Frekuensi TV Digital Secara teknis, pita
spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat
digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita
frekuensi yang digunakan teknologi analog dengan teknologi digital
adalah 1 : 6. Jadi, bila teknologi analog memerlukan lebar pita 8 MHz
untuk satu kanal transmisi, teknologi digital dengan lebar pita yang
sama (menggunakan teknik multipleks) dapat memancarkan sebanyak 6 hingga
8 kanal transmisi sekaligus untuk program yang berbeda. TV digital
ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan
lingkungannya. Sinyal digital dapat ditangkap oleh sejumlah pemancar
yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV
digital dapat diperluas. TV digital memiliki peralatan suara dan gambar
berformat digital seperti yang digunakan kamera video. Keunggulan
frekuensi TV Digital Siaran menggunakan sistem digital memiliki
ketahanan terhadap gangguan dan mudah untuk diperbaiki kode digitalnya
melalui kode koreksi error. Akibatnya adalah kualitas gambar dan suara
yang jauh lebih akurat dan beresolusi tinggi dibandingkan siaran
televisi analog. Selain itu siaran televisi digital dapat menggunakan
daya yang rendah. Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang
lebih efisien sehingga saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV
Digital menggunakan OFDM yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang
padat. Transisi dari teknologi analog menuju teknologi digital memiliki
konsekuensi berupa tersedianya saluran siaran televisi yang lebih
banyak. Siaran berteknologi digital yang tidak memungkinkan adanya
keterbatasan frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi baru.
Penyelenggara televisi digital berperan sebagai operator penyelenggara
jaringan televisi digital sementara program siaran disediakan oleh
operator lain. Bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran televisi digital
mengalami perubahan dari segi pemanfaatan kanal ataupun teknologi jasa
pelayanannya. Terjadi efisiensi penggunaan kanal frekuensi berupa
pemakaian satu kanal frekuensi untuk 4 hingga 6 program. Siaran televisi
digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi
analog dan sistem penerimaan televisi bergerak. TV Digital memiliki
fungsi interaktif dimana pengguna dapat menggunakannya seperti internet.
Sistem siaran televisi digital DVB mempunyai kemampuan untuk
memanfaatkan jalur kembali antara IRD dan operator melalui modul Sistem
Manajemen Subscriber. Jalur tersebut memerlukan modem,jaringan telepon
atau jalur kembali televisi kabel, maupun satelit untuk mengirimkan
sinyal balik kepada pengguna seperti pada aplikasi penghitungan suara
melalui televisi. Ada beberapa spesifikasi yang telah dikembangkan,
antara lain melalui jaringan telepon tetap (PSTN) dan jaringan
berlayanan digital terintegrasi (ISDN). Selain itu juga dikembangkan
solusi komprehensif untuk interaksi melalui jaringan CATV, HFC, sistem
terestrial, SMATV, LDMS, VSAT, DECT, dan GSM. Manfaat penyiaran TV
Digital •TV Digital digunakan untuk siaran interaktif. Masyarakat dapat
membandingkan keunggulan kualitas siaran digital dengan siaran analog
serta dapat berinteraksi dengan TV Digital. •Teknologi siaran digital
menawarkan integrasi dengan layanan interaktif dimana TV Digital
memiliki layanan komunikasi dua arah layaknya internet. •Siaran televisi
digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi tidak
bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak. Kebutuhan daya
pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan siaran dapat
diterima dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam kecepatan
tinggi seperti di dalam mobil dan kereta. •TV Digital memungkinkan
penyiaran saluran dan layanan yang lebih banyak daripada televisi
analog. Penyelenggara siaran dapat menyiarkan program mereka secara
digital dan memberi kesempatan terhadap peluang bisnis pertelevisian
dengan konten yang lebih kreatif, menarik, dan bervariasi.
Langganan:
Postingan (Atom)