When a
women ask and men to answer.
Seorang gadis pernah bertanya, dalam
benaknya dia ingin menjadi bunga terindah di dunia ini dan sang pria hanya
menggelengkan kepalanya sambil tersenyum samar . Dia menjawab “ Aku ingin
menjadi hujan “ Jawaban yang membuat si gadis kecewa dan menunduk kaku saat
pertama kali mengetahui isi hati si pria yang tak pernah satu tujuan dengannya.
Kenapa tidak pria itu memilih untuk menjadi kumbang, kupu-kupu yang hinggap dan
menyerap sari manis dari dalam kelopak setangkai bunga.
Dengan lesunya gadis itu kembali
mengangkat kepalanya, menengadahkan wajahnya hingga dengan jelas ia bisa
melihat air muka si pria yang nampak tenang dan biasa-biasa saja. Itu semua
membuat si gadis kebingungan, bagaimana mungkin orang yang mencintainya bisa
terlihat setenang itu setelah berhasil mengecewakannya.
Gadis itu kembali membuka mulutnya
hingga kedua bibirnya bergerak menggumamkan beberapa potongan kata singkat “
Aku ingin menjadi rembulan “ Lalu ia menoleh, menatap si pria dari samping namun
yang ia dapatkan hanya sebuah lengkungan kecil di sudut bibirnya, cukup samar
hingga ia tidak terlalu jelas melihat apakah si pria itu sedang tersenyum atau
hanya pikirannya saja.
“ Aku ingin menjadi Matahari “ Jawabnya
singkat, si gadis kembali bingung. Wajahnya menunduk lesu sementara air mukanya
berubah menjadi sendu. Kasihan, dia kecewa dengan jawaban si pria.
Apa sulitnya menjawab, malam, bintang,
komet atau benda-benda langit yang biasa menemani rembulan di waktu malam hari.
Tidakah permintaan itu terdengar ironis ?
Gadis itu kembali kecewa, matanya sembab
menahan cairan bening yang hampir melesat cepat dari sudut matanya. Binar indah
terpancar dari kedua matanya dalam keadaan seperti itu, terlalu indah hingga si
pria mengharamkan cairan tersebut untuk keluar dan menetes dari sudut matanya.
“ Jika kau tidak
terlahir di dunia ini, kau berharap akan menjadi apa ? “ Gadis itu sudah
menegaskan dalam hatinya, jika dia tidak mendapatkan jawaban yang pasti maka ia
akan pergi. Cukup lama si gadis menunggu hingga akhirnya si pria itu berbalik,
dan tersenyum sumbringah sambil menatapnya dengan binar penuh kegembiraan.
“Tentu saja aku akan menjadi kuku ibu
jarimu “ Si gadis kembali menggelengkan kepalanya heran, keningnya mengkerut
dan alisnya saling bertaut. Dalam hati ia bertanya, apa sebenarnya yang di
pikirkan pria itu hingga melupakan hal- hal indah lainnya di dunia ini selain
bagian kecil dari ibu jari ?
“ Aku ingin menjadi hujan, karena setiap
tetes air yang turun ke bumi akan kembali menguap dan berakhir lagi di laut.
Namun aku akan bergerak, mendorong awan dengan hembusan angin, memberikan semua
tetes kehidupan yang aku punya agar bunga tersebut tumbuh, berkembang dan
akhirnya hidup sebagai bunga yang cantik. Salah satu hal yang angin lakukan
adalah membantu semua makhluk hidup untuk menjalani eksistensinya di dunia ini,
termasuk mendampingi bunga cantik “
“ Aku ingin menjadi Matahari, agar semua
orang di dunia ini hanya bisa mengangumi bulan, karena benda langit itu terus
bersinar di waktu gelap . Jika kau tahu, cahaya bulan hanyalah sedikit dari
pantulan yang di pancarkan oleh sinar matahari. Ketika malam berganti, bulan
berada di depan bumi. Pada saat itu, siapa yang akan memandang matahari ?”
“ Dan terakhir, kenapa aku ingin menjadi
ibu jari ? Tidak heran, jika kau bertanya pada setiap pasangan di dunia ini
jika kembali terlahir berharap menjadi apa ? Terlalu banyak dan kemungkinan
besar menjawab, ingin menjadi takdir dari orang yang mereka cinta. Itu jawaban
logis, tapi coba pikirkan kembali. Manusia adalah hal yang labil, mereka adalah
makhluk yang terkadang tidak konsisten terhadap pilihan yang di ambil,
terkadang mereka akan memilih A dan terkadang mereka akan memilih B. Tidak
selamanya cinta yang mereka berikan selalu sama,kebanyakan dari mereka, semakin
hari semakin berkurang. Coba bayangkan ibu jari !! Bayangkan saja jika ibu jari
di anugerahi kasih sayang dan cinta ? Kau tidak berharap untuk mencabut kuku
jarimu sendiri bukan ? Karena kuku bisa tumbuh terus menerus meskipun kau
memotongnya. Bayangkan saja jika cinta semua orang di dunia itu sama halnya
seperti ibu jari, lebih dari kemarin dan kurang dari esok. Artinya bertambah
setiap hari dan kurang dari hari sebelumnya. Dan bayangkan lagi, takdir ?
Bukankah di dunia ini tidak ada yang abadi ? Bagaimana jika pasanganmu yang
pergi lebih dulu karena mencapakanmu atau bahkan yang pergi lebih dulu
meninggalkanmu ? Tidak seperti kuku jari yang akan berhenti tumbuh bersama
ragamu yang mulai berhenti bernafas “
(
Karya : Dini. Widianti- IX Sosial 2 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar